Namanya Dusun Sigandul. Berada di Kabupaten Batang, terletak di lereng sabuk pegunungan Dieng, diapit Gunung Prau dan Gunung Gondomayit. Ada 200 warga yang menghuni dusun terpencil tersebut. Dusun itu pernah dinyatakan hilang pada tahun 2004. Kenapa masih ada hingga kini?
Cukup sulit untuk mencapai dusun tersebut. Satu-satunya jalan untuk mencapai lokasi agar tidak keluar dari daerah Kabupaten Batang hanyalah dengan berjalan kaki menyusuri tebing lereng Gunung Prau dan Gunung Gondomayit. Jalan setapak ini biasa dilewati warga Sigandul menuju Desa Mojotengah, sejauh 10 kilometer. Itulah desa terdekat
Dusun ini pernah dinyatakan hilang. Dusun tesebut memang memang terletak di lereng yang terjal yang dipetakan menjadi zona merah rawan longsor. Pada tahun 2004, terjadi longsor besar di kawasan tersebut. Dusun Sigandul ikut terdampak karenannya.
Tahun 2004 di kanan-kiri dusun ada bencana longsor. Sini (Dusun Sigandul) aman, namun dikabarkan hilang karena longsor," kata Abdul Khamid, warga dusun setempat, saat ditemui detikcom, Minggu (18/11/2018).
Karena dianggap rawan longsor inilah, pada tahun 2004 warga Dukuh Sigandul direlokasi ke Blok Sipudang yang sekarang menjadi Dukuh Bintoromulyo, Desa Pranten, Kecamatan Bawang.
"Dikira pihak pemerintah, semua warga saat itu sudah pindah, dusun ini dianggap tidak ada lagi," katanya.
Padahal ada warga yang masih bertahan sampai sekarang, dan menurutnya tidak ada longsor ataupun bencana yang melanda dusun tersebut. Bahkan jumlah warganya kini mencapai 200 orang.
Tak ada lagi pengurus kampung. Tak ada RT atau RW. Warga yang masih bertahan di Sigandul tidak mengetahui bahwa kini mereka bukan lagi warga Desa Mojotengah Kecamatan Reban. Kini mereka dimasukkan ke Desa Prenten Kecamatan Bawang.
"Kita tidak tahu semuanya. Tahu-tahu saat anak saya mengurus KTP dan KK kok sudah berubah menjadi Desa Prenten, Kecamatan Bawang. RT dan RW-nyapun kita tidak tahu ikut siapa dan mana," jelasnya.
Warga berjuang mengembalikan Sigandul kembali masuk Desa Mojotengah, desa terdekat. Setelah melalui banyak upaya, kini Sigandul kembali masuk kecamatan Reban, namun masuk Dukuh Depok, Desa Wonorejo.
"Kami inginkan Dusun Sigandul masih ada. Tidak dimasukkan Dukuh Depok, Desa Wonorejo. Kami inginkan kembali seperti dulu, ikut Desa Mojotengah (Kecamatan Reban) ," jelasnya.
Camat Bawang, Yarsono, mengakui masih ada sekitar 200 jiwa yang masih tinggal di Sigandul. Mereka menjadi petani kentang. Pada tahun 2002 terjadi longsor dan disusul lebih besar pada tahun 2004, sehingga diputuskan seluruh warga direlokasi ke Bintoromulyo.
"Lokasi Sigandul berada di lereng Pegunungan Dieng Utara, pada 2002 terjadi longsor dan memaksa pemerintah kala itu melakukan relokasi. Bintoromulyo awalnya hutan lindung Perhutani. Dengan adanya relokasi diubah fungsinya menjadi hutan produksi," ujarnya.
Keputusan warga kala itu mau dipindah, namun ternyata ada yang masih bertahan yang kini bertambah jumlahnya.
"Admistrasi kependudukan sebelum direlokasi masuk ke wilayah Reban, dan kini dikembalikan lagi, sebenarnya warga hanya takut jika sertifikat ataupun haknya sebagai warga Batang tidak diakui," jelasnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Suyono, saat bertemu dengan perwakilan warga Dusun Sigandul mengakui wilayah dusun tersebut masuk dalam rawan bencana. Namun pihak pemerintah tidak akan mengesampingkan hak-hak warga setempat sebagai warga Batang.
"Pemerintah harus berpihak kepada masyarakat, langkah-langkah harus segera diambil," kata Suyono sembari menegaskan agar perangkat desa dan kecamatan melayani warga Sigandul secara maksimal.
Sumber
Cukup sulit untuk mencapai dusun tersebut. Satu-satunya jalan untuk mencapai lokasi agar tidak keluar dari daerah Kabupaten Batang hanyalah dengan berjalan kaki menyusuri tebing lereng Gunung Prau dan Gunung Gondomayit. Jalan setapak ini biasa dilewati warga Sigandul menuju Desa Mojotengah, sejauh 10 kilometer. Itulah desa terdekat
Dusun ini pernah dinyatakan hilang. Dusun tesebut memang memang terletak di lereng yang terjal yang dipetakan menjadi zona merah rawan longsor. Pada tahun 2004, terjadi longsor besar di kawasan tersebut. Dusun Sigandul ikut terdampak karenannya.
Tahun 2004 di kanan-kiri dusun ada bencana longsor. Sini (Dusun Sigandul) aman, namun dikabarkan hilang karena longsor," kata Abdul Khamid, warga dusun setempat, saat ditemui detikcom, Minggu (18/11/2018).
Karena dianggap rawan longsor inilah, pada tahun 2004 warga Dukuh Sigandul direlokasi ke Blok Sipudang yang sekarang menjadi Dukuh Bintoromulyo, Desa Pranten, Kecamatan Bawang.
"Dikira pihak pemerintah, semua warga saat itu sudah pindah, dusun ini dianggap tidak ada lagi," katanya.
Padahal ada warga yang masih bertahan sampai sekarang, dan menurutnya tidak ada longsor ataupun bencana yang melanda dusun tersebut. Bahkan jumlah warganya kini mencapai 200 orang.
Tak ada lagi pengurus kampung. Tak ada RT atau RW. Warga yang masih bertahan di Sigandul tidak mengetahui bahwa kini mereka bukan lagi warga Desa Mojotengah Kecamatan Reban. Kini mereka dimasukkan ke Desa Prenten Kecamatan Bawang.
"Kita tidak tahu semuanya. Tahu-tahu saat anak saya mengurus KTP dan KK kok sudah berubah menjadi Desa Prenten, Kecamatan Bawang. RT dan RW-nyapun kita tidak tahu ikut siapa dan mana," jelasnya.
Warga berjuang mengembalikan Sigandul kembali masuk Desa Mojotengah, desa terdekat. Setelah melalui banyak upaya, kini Sigandul kembali masuk kecamatan Reban, namun masuk Dukuh Depok, Desa Wonorejo.
"Kami inginkan Dusun Sigandul masih ada. Tidak dimasukkan Dukuh Depok, Desa Wonorejo. Kami inginkan kembali seperti dulu, ikut Desa Mojotengah (Kecamatan Reban) ," jelasnya.
Camat Bawang, Yarsono, mengakui masih ada sekitar 200 jiwa yang masih tinggal di Sigandul. Mereka menjadi petani kentang. Pada tahun 2002 terjadi longsor dan disusul lebih besar pada tahun 2004, sehingga diputuskan seluruh warga direlokasi ke Bintoromulyo.
"Lokasi Sigandul berada di lereng Pegunungan Dieng Utara, pada 2002 terjadi longsor dan memaksa pemerintah kala itu melakukan relokasi. Bintoromulyo awalnya hutan lindung Perhutani. Dengan adanya relokasi diubah fungsinya menjadi hutan produksi," ujarnya.
Keputusan warga kala itu mau dipindah, namun ternyata ada yang masih bertahan yang kini bertambah jumlahnya.
"Admistrasi kependudukan sebelum direlokasi masuk ke wilayah Reban, dan kini dikembalikan lagi, sebenarnya warga hanya takut jika sertifikat ataupun haknya sebagai warga Batang tidak diakui," jelasnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Suyono, saat bertemu dengan perwakilan warga Dusun Sigandul mengakui wilayah dusun tersebut masuk dalam rawan bencana. Namun pihak pemerintah tidak akan mengesampingkan hak-hak warga setempat sebagai warga Batang.
"Pemerintah harus berpihak kepada masyarakat, langkah-langkah harus segera diambil," kata Suyono sembari menegaskan agar perangkat desa dan kecamatan melayani warga Sigandul secara maksimal.
Sumber
No comments:
Post a Comment