Telur ini disebut sebagai telur amniot dengan ukuran lebih besar dan kualitas lebih baik.
Telur amniot memiliki tiga selaput ekstra yang terdiri dari chorion, amnion, dan allantois.
Hal ini memungkinkan embrio mengambil nutrisi yang disimpan, menyimpan produk limbah berlebih, dan bernafas tanpa perlu lingkungan akuatik eksternal.
Cairan ekstra yang terbungkus dalam amnion, ditambah kulit luar yang keras, semakin memberikan perlindungan ekstra.
Namun, peneliti belum dapat memastikan kapan dan bagaimana telur jenis ini terbentuk.
Sebab, cangkang telur tidak meninggalkan fosil yang jelas sebagai bahan penelitian.
Hanya saja, kemungkinan yang paling besar evolusi ini terjadi pada 340 juta-370 juta tahun yang lalu saat nenek moyang binatang ini binasa.
Dari penjelasan ini didapatkan kesimpulan bahwa telur, dalam arti umum, lebih dulu ada daripada ayam.
Telur diketahui ada sejak ratusan juta tahun silam sementara ayam baru muncul sekitar 58.000 tahun lalu.
Namun bagaimana dengan telur ayam yang menjadi pertanyaan awal? Peneliti menemukan proses pembentukan kulit telur ayam sebagian besar terbentuk dari kalsium karbonat (CaCO3).
Sumber kalsium itu didapatkan ayam dari sumber makanannya.
Untuk membentuk cangkang, kalsium itu perlu disimpan dalam kristal CaCO3, dan proses ini sangat bergantung pada keberadaan sebuah protein yang disebut ovocleidin-17 yang hanya dapat ditemukan di ovarium ayam.
Protein ini berfungsi mempercepat pembentukan cangkang telur pada ayam.
Dari sinilah kemudian disimpulkan bahwa telur ayam ada setelah keberadaan ayam itu sendiri.
Tanpa adanya protein ovocleidin-17, telur ayam tidak mungkin ada.
Artikel ini telah di-review oleh sejumlah ahli, seperti Profesor Evolusi Biologi, Rick Shame dari University of Sydney; ahli Palenteologi Vertebrata, Profesor Trevor Worthy dari Flinders University; dan Dr Walter Boles, Bagian Ornitologi Universitas Australia.